Friday, February 15, 2013

Ibnu al-Haitham

Identitas Ilmuan

Ibnu al-Haitham atau yang dikenal di barat dengan sebutan Alhazen, Avennathan atau Avenetan mempunyai nama lengkap Abu Ali al-Hasan Ibnu al Haitham al-Basri al-Misri lahir di Basrah, Irak pada 354 H atau 965 M.
Al-haitham
Kehidupan Pribadi Ilmuan

Dinasti Fatimiyah memimpin gerakan keagamaan yang didedikasikan untuk mengambil alih seluruh dunia politik dan keagamaan Islam. Akibatnya mereka menolak untuk mengakui 'khalifah Abbasiyah. Para khalifah Fatimiyah memerintah Afrika Utara dan Sisilia pada paruh pertama abad ke-10, tapi setelah beberapa usaha yang gagal untuk mengalahkan Mesir, mereka mulai kemajuan besar ke negara itu dalam 969 M dengan menaklukkan Lembah Nil. Mereka mendirikan kota Kairo sebagai ibukota kerajaan baru mereka. Kejadian ini terjadi sementara Al-haitham adalah seorang anak muda yang tumbuh di Basra.

Pada masa pemerintahan dinasti fatimiyah, Al-haitham berpendapat bahwa pandangan keagamaan bertentangan dengan gerakan keagamaan sehingga tidak ada satupun dari mereka mewakili kebenaran, hal tersebut membuat Al-haitham mengabdikan dirinya dibidang pekerjaan layanan sipil. Dia diangkat sebagai menteri Basra dan wilayah sekitarnya. Kajian mendalam dia terhadap agama membuat Al-haitham memutuskan untuk melepaskan pekerjaannya sebagai menteri dan mencurahkan dirinya untuk ilmu pengetahuan, setelah itu Al-haitham dikenal sebagai seorang ilmuwan terkenal di Basra. ketika Al-hakim mengetahui ide Al-haitham untuk mengatur aliran air di sungai nil, maka Al-hakim meminta Al-haitham untuk datang ke mesir, Al-Hakim adalah khalifah kedua pada masa dinasti fatimiyah yang memimpin Mesir pada waktu itu.
 
Al-haitham menyadari bahwa ide untuk mengatur aliran air dengan konstruksi besar tidak akan bekerja, Al-haitham pun melaporkan kegagalan tugasnya itu kepada Al-hakim. Ketika mengetahui hal tersebut Al-hakim kecewa dengan kemampuan Al-haitham, Al-haitham tahu bahwa Al-hakim merupakan pemimpin yang kejam dan licik sehingga dia berpura-pura menjadi gila dan dirawat di sebuah rumah didekat masjid Azhar di kairo. selama dirawat tersebut Al-haitham menulis karya-karya ilmiah, hal ini disebabkan karena didekat masjid Azhar berdiri Universitas Al-Azhar, sehingga Al-haitham dengan mudah mendapatkan sumber-sumber ilmu yang menuntun Al-haitham menulis karya-karya ilmiahnya. Setelah kematian Al-hakim, Al-haitham mengaku bahwa dia hanya berpura-pura menjadi gila, untuk menghindari kekejaman Al-hakim, lalu Al-haitham menempuh pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, ia mempelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika, dan filsafat.
 
Ilmu Fisika Yang Dikembangkan

Salah satu karya terbesar Al-haitham adalah Kitab al-Manazir yang ditulis pada tahun 1011 sampai 1021, isi kitab ini mengoreksi kesalahpahaman cendikiawan pada abad 11 tentang penglihatan dan cahaya yang telah mereka percayai selama berabad-abad dan menawarkan solusi baru untuk masalah penglihatan melalui pembahasan awal dan uraian psychophysics dan psikologi eksperimental, psikologi visual persepsi, dan kamera obscura. Dalam bidang pengobatan dan optalmologi, buku ini juga membuat kemajuan penting dalam operasi mata, karena buku ini dengan benar menjelaskan proses penglihatan untuk pertama kalinya. Selain itu, karya ini juga memiliki pengaruh pada penggunaan alat bantu optik di Renaissance seni dan pengembangan teleskop dan mikroskop. 
 
Kitab al-Manazir
 
Kitab al-Manazir
 
Kitab al-Manazir
 
Kitab al-Manazir

Isi dari ketujuh jilid kitab tersebut adalah:
  1. Jilid I dikhususkan untuk menjelaskan struktur dari mata.
  2. Jilid II membahas tentang persepsi visual.
  3. Jilid III memeriksa kondisi yang diperlukan untuk penglihatan yang baik dan penyebab kesalahan pada penglihatan
  4. Jilid IV membahas teori refleksi.
  5. Jilid V memperkenalkan permasalahan Alhazen dan solusinya.
  6. Jilid VI memeriksa kesalahan dalam penglihatan karena refleksi.
  7. Jilid VII mengkaji refraksi.
Fakta penting lainnya dari Kitab al-Manazir adalah :
  • Dia adalah orang pertama yang membuktikan bahwa sinar cahaya merambat lurus, dengan melakukan sejumlah percobaan pada lensa, cermin, pembiasan, dan refleksi.
  • Dia juga orang pertama yang menggambarkan sinar cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan komponen vertikal dan horizontal, yang merupakan dasar pembangunan di optik geometris.
  • Dia juga berkontribusi pada penemuan kamera obscura, sebuah pelopor kamera modern.
  • Ia juga menulis tentang pembiasan cahaya, terutama pada pembiasan atmosfer, misalnya, penyebab senja pagi dan sore hari.
  • Dia memecahkan masalah menemukan titik di sebuah cermin cembung dimana sinar yang datang dari salah satu titik dipantulkan ke titik yang lain.
  • Dia juga melakukan percobaan pada penyebaran cahaya menjadi warna-warna pembentuknya.
Kitab al-Manazir memiliki pengaruh penting pada pengembangan optik, dan ilmu pengetahuan secara umum, karena secara drastis telah mengubah pemahaman tentang cahaya dan penglihatan, dan Kitab al-Manazir juga memperkenalkan metode ilmiah eksperimental. Akibatnya, Al-haitham telah digambarkan sebagai bapak optik, pelopor metode ilmiah modern, dan ilmuwan pertama didunia.
 
Inspirasi dari Al-haitham
  • “Hidup manusia tidak akan memperoleh sesuatu yang lebih mendekatkan dirinya pada Allah Subhanahuwata’ala, selain dari kebenaran ilmu pengetahuan.” Kutipan ini menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan merupakan salah satu jalan untuk mencari kebenaran dari apa yang kita percayai.
  • “Berikan jasa pada kenalanmu.” “Berikan pengetahuan pada yang bersedia menerimanya.” Al-haitham mengajarkan kepada kita untuk berbagi kepada sesama khususnya berbagi pengetahuan.
  • “Pertahankanlah kehormatan dirimu dan agamamu”. Al-haitham mengajarkan kepada kita bahwa Kehormatan dan agama merupakan landasan yang harus dimiliki setiap ilmuan dalam mencari suatu kebenaran, selama landasan itu kokoh maka kita tidak akan tersesat ke dalam kegelapan(tidakberpengetahuan/sesat).
 
Sumber :

No comments:

Post a Comment